Massa aksi membawa spanduk bertuliskan tuntutan. Dok: Rhetor/Nizar |
lpmrhetor.com, Yogya – Perampasan
hak kepemilikan tanah yang dialami oleh Asrama Meuligoe Iskandar Muda Yogyakarta
menjadi perhatian mahasiswa dan pemuda Aceh yang berdomisili di Yogyakarta. Hal
tersebut terlihat dari aksi solidaritas yang digelar oleh Komite Mahasiswa dan
Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) Yogyakarta, Taman Pelajar Aceh (TPA), dan
Mahasiswa Aceh Serantau (MASA), di Bundaran UGM pada Minggu (23/04). Dalam aksi
tersebut, massa aksi menuntut pemerintah Aceh turut serta mengawal kasus hukum
yang kini menimpa Asrama Aceh Meuligoe Iskandar Muda.
Alhafidz Wahyudi, Koordinator Aksi, menilai pemerintah Aceh terlalu lamban
dalam mengawal keberadaan fasilitas kepemudaan dan kemahasiswaan masyarakat
Aceh di Yogyakarta, khususnya apa yang sedang dialami oleh Asrama Meuligo saat
ini.
“Tidak ada tindak lanjut yang serius dari pemerintah Aceh terhadap
aktivitas yang sudah dibangun oleh masyarakat Aceh, khususnya mahasiswa, dalam
mempertahankan isu hukum terkait Asrama Aceh Meuligoe Iskandar Muda di Yogyakarta,”
kata Alhafidz.
Hal itu senada dengan apa yang diucapkan oleh Agung Oky Perdana, salah satu
massa aksi, dalam orasinya. “Kami membutuhkan dukunganmu wahai pemerintah,
jangan lambat,” ucap Agung.
Selain itu, massa aksi juga mengecam segala bentuk tindak kekerasan dan
premanisme yang dialami oleh Asrama Meuligoe ketika mempertahankan status hukum mereka. Massa aksi juga mengutuk tindakan manipulasi
hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan
keberadaan Asrama Meuligoe.
Tidak hanya
pemuda dan mahasiswa, aksi tersebut turut pula melibatkan seluruh elemen
masyarakat asal Aceh. Dengan berkumpul di Bundaran UGM, massa aksi membawa
spanduk-spanduk yang bertuliskan berbagai macam tuntutan, salah satunya seperti
apa yang tercantum dalam sebuah spanduk besar yang bertuliskan: “Selamatkan!
Atau selamat tinggal Asrama Aceh di Yogyakarta,”.
Berbagai macam
orasi dan penampilan seni juga mewarnai aksi tersebut. Di akhir jalannya aksi,
seluruh massa aksi memanjatkan doa bersama.[]
Reporter:
Muhammad Nizarullah
Editor: Fahri
Hilmi