RHETOR, Senin (12/13). Minimnya tempat sampah disejumlah titik strategis
membuat banyak sampah tercecer di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Terbukti sisa-sisa pembuangan
mahasiswa
dan dosen seperti punting
rokok, plastic dan bungkus jajan menjadi pemandangan tiap hari yang tak sedap
dilihat mata.
Melihat kondisi kampus yang demikian, Khoiro
Ummatin menghimbau agar mahasiswa FDK peka terhadap kondisi lingkungannya. Banyaknya sampah yang tercecer
di sejumlah titik kampus mengakibatkan ketidaknyamanan dan merusak keindahan
kampus. Dosen jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam itu juga menegaskan bahwa
kebersihan dan keindahan kampus adalah tanggung jawab bersama. “Jangan
membebankan masalah kebersihan kepada petugas, ” pesannya.
Hal senada diungkapkan Arif budiman, sekretaris Senat Mahasiswa FDK, menurutnya kebersihan
lingkungan fakultas bukanlah tanggung jawab pegawai kebersihan saja,
karena aktor utama kotornya lingkungan
ialah mahasiswa, “sebagai mahasiswa kita juga wajib menjaga lingkungan
kampus ini,” tegasnya saat ditemui kru RHETOR di kantin
Dakom.
Berseraknya sampah ditemukan di sejumlah
titik seperti depan teatrikal, kantin, depan rektorat lama hingga panggung
demokrasi. Jenis sampah kebanyakan plastik pembungkus jajanan, putung, rokok
dan kardus.
Alvian,
mahasiswa FDK
mengakui bahwa kotornya
lingkungan membawa dampak terhadap semangat belajar. Menurutnya Lingkungan yang kotor membawa dampak
psikologis kemalasan. Ia juga menyayangkan sikap sebagian besar mahasiswa yang
masa bodoh terhadap kebersihan kampus, “Terlebih banyak putung rokok,” keluhnya.
Rendahnya Kinerja Cleaning Service
Dibandingkan dengan lingkungan kampus
lain, lingkungan kampus FDK termasuk
yang paling kotor, Padahal
FDK juga memiliki petugas bagian kebersihan
(Cleaning Service). Namun, kinerja petugas tersebut dinilai masih rendah,
terbukti, tiap pagi pasir tersebar
di mana-mana. Kondisi ini diperparah dengan adanya renovasi ruangan yang mau
tak mau menyebabkan semakin kotor.
Menanggapi permasalahan tersebut, Wakil Dekan II (WADEK II)
bagian Kepegawaian Abu Syuhud berpendapat,
bahwa petugas sudah bekerja semaksimal mungkin, ia memberikan gambaran bahwa
kondisi kampus pada pagi hari sangatlah bersih, “
setelah satu-dua jam, terlebih siang hari kampus baru kotor,” ulasnya, hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan bukan
terletak pada petugas kebersihan kampus.
Ia juga meminta agar FDK jangan disamakan dengan kampus lain, tak terkecuali
dengan Fakultas Ushuluddin yang berada tepat di sebelahnya. Abu Syuhud berkilah
bahwa kampus FDK, “setiap jejak kaki meninggalkan kotoran, Semakin banyak yang lewat semakin kotor,
apalagi sekarang musim hujan,” ucapnya.
Arif budiman sependapat dengan Wadek II,
ia menilai bahwa
petugas kebersihan di kampus FDK sudah menjalankan
tugasnya dengan baik. Mahasiswa yang akrab dipanggil bolas tersebut justru
menilai fasilitas yang disediakan pihak kampus sangat kurang. Ia menyoroti
keadaan kampus di depan teatrikal yang tidak memiliki tempat sampah, ‘’keadaan demikian tentu
memancing mahasiswa untuk buang sampah seenaknya,” ujarnya.
Bolas meminta agar pihak kampus segera mewujudkan tempat
sampah di titik yang belum diberi seperti depan teatrikal. Tidak hanya itu, menurutnya juga perlu memberikan
sosialisasi dalam bentuk iklan sosial berupa poster dan
tulisan himbauan menjaga kebersihan.[Sarjoko|Adam]